Reproduksi Annelida
Phylum Annelida
dibagi ke dalam 3 kelas :
·
Oligochaeta (cacing tanah dan kerabatnya)
·
Polychaeta
·
Hirudinae (lintah)
Kebanyakan dari polychaeta adalah cacing laut (Campbell. 2003)
Reproduksi cacing laut terjadi
secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara
pembelahan dan pertunasan.
Cacing tanah adalah
hewan hermaprodhit, tetapi mereka melakukan pembuahan silang. Dua cacoing tanah
kawin dengan mengatur diri mereka sedemikian rupa sehingga mereka dapat
mempertukarkan sperma, dan kemudian mereka akan memisah. Sel sperma yang
diterima disimpan secara temporer,
sementara suatu tempat khusus (kitelium) mensekresikan kepompong yang
seperti mucus, kepompong bergeser di sepanjang tubuh cacing dan memungut telur
dan kemudian sperma yang tadi disimpan. Kepompong tersebut kemudian lepas dari
kepala cacing dan tinggal dalam tanah sementara embrio berkembang. Beberapa
cacing tanah juga dapat bereproduksi secara aseksual dengan cara fragmentasi
yang diikuti dengan regenerasi (Campbell. 2003)
Telur yang
diletakkan pada lingkungan yang cocok akan menetas dalam 14-21 hari.
Perhitungan kasar menunjukkan setiap 100 ekor cacing dewasa dalam kurun waktu 1
tahun akan menghasilkan 100.000 cacing (Anonim. 2006)
Reproduksi Arthropoda
Diperkirakan
bahwa populasi Arthropoda dunia, yang meliputi Crustacea, Arachinidae, dan
insekta, berjumlah 1018 individu. Hamper 1 juta spesies Arthropoda
telah dideskripsikan, dan sebagian besar adalh serangga.
Reproduksi pada
Arthropoda dapat terjadi secara seksual dan aseksual (parthenogenesis dan
paedogenesis). System reproduksi pada Arthropoda terpisah. Parthenogenesis
adalah bentuk reproduksi aseksual dimana betina memproduksi telur yang
berkembang tanpa proses fertilisasi. Sedangkan paedogenesis adalah tindakan reproduksi
oleh organism yang belum mencapai kematangan fisik. Hal ini terkait dengan
progenesis, dimana kematang seksual dicapai dalam bentuk remaja dan kematangan
fisik lebih lanjut tidak tercapai.
Misalnya pada
beberap jenis serangga, terdapat koloni yang terdiri dari ratu yang fertile,
dan penjaga yang mandul (steril). Pada waktu kawin, sperma dari jantan disimpan
dalam kantung sperma di induk betina. Sperma ini merupakan cadangan sperma satu
hidup. Bila telur yang telah matang dibuahi oleh sperma, telur tersebut akan
berkembang menjadi calon ratu, calon penjaga, atau prajurit. Sedangkan yang
tidak dibuahi (parthenogenesis) akan berkembang menjadi pejantan. Lebah pekerja
dan prajurit menjadi steril karena pengaruh lingkungan, yaitu kekurangan
makanan.
Kebanyakan
crustacea memiliki alat reproduksi yang terpisah. Pembuahan dapat terjadi
secara eksternal dan internal. Tergantuk dari spermatoforik yang dihasilkan
pejantan. Jika spermatoforiknya bersifat kental, pembuahan terjadi secara
eksternal. Namun apabila cair dan memungkinkan masuk ke dalam oviduk sehingga
terjadi secara internal. Individu jantan akan meletakkan massa spermatoforiknya di bagian sternum betina.
Peletakkan dilakukan sebelum telur dikeluarkan.
Reproduksi Echinodermata
Diantara 7000
atau lebih anggota phylum echinodemata semuanya adalah hewan laut, dibagi
menjadi 6 kelas :
·
Asteroidea (bintang laut)
·
Ophiuroidea (bintang mengular)
·
Echinodea (bulu babi dan sand dollar)
·
Crinoidea (lili laut dan bintang laut)
·
Holothuroidea (timun laut)
Reproduksi
seksual anggota phylum ini umumnya melibatkan individu jantan dan betina yang
terpisah dan membebaskan gametnya ke air laut, sehingga fertilisasinya termasuk
fertilisasi internal. Telur yang dibuahi akan membelah secara cepat menghasilkan blastula, dan selanjutnya
berkembanh menjdi gastrula. Gastrula ini berkembang menjadi larva. Larva
berbentuk bilateral dan akan berkembang melalui metamorphosis menjadi dewasa
yang berbentuk radial (Campbell. 2003)