Reproduksi Protozoa
Sebagian besar protozoa melakukan reproduksi secara aseksual(vegetatif), dengan cara pembelahan biner. Pembelahan diawali dengan pembelahan inti yang diikuti dengan pembelahan sitoplasma, kemudian menghasilkan 2 sel baru. Pembelahan biner terjadi pada amoeba, paramecium, euglena.
Sebagian besar protozoa melakukan reproduksi secara aseksual(vegetatif), dengan cara pembelahan biner. Pembelahan diawali dengan pembelahan inti yang diikuti dengan pembelahan sitoplasma, kemudian menghasilkan 2 sel baru. Pembelahan biner terjadi pada amoeba, paramecium, euglena.
Sebagian lagi,
protozoa melakukan reproduksi secara seksual dengan penyatuan sel generative
atau penyatuan inti sel vegetative. Reproduksi seksual dengan peleburan inti
sel pada organism yang belum jelas alat kelaminnya disebut dengan konjugasi.
Dengan demikian, akan terjadi perpaduan sifat yang dibawa oleh kedua individu
tersebut akan menghasilkan suatu individu baru.
Reproduksi Porifera
Reproduksi Porifera
Spons adalah
hewan yang sesil (menempel) yang tampak sangat diam bagi mata manusia. Sehingga
orang yunani kuno meyakini mereka sebagai tumbuhan. Porifera dapat bereproduksi
secara seksual dan aseksual. Sebagian besar porifera adalah hermaprodhit, yang
berarti bahwa masing-masing individu berfungsi sebagai jantan dan betina dalam
reproduksi seksual dengan cara menghasilkan sel-sel sperma dan telur. Gamet
muncul dari koanosit atau amoebosit. Telur tinggal dalam mesohil, tetapi sel
sperma dibawa oleh porifera melalui arus air. Pembuahan silang terjadi akibat
beberapa sperma yang tertarik masuk kedalam individu yang berdekatan. Pembuahan
terjadi pada mesofil, dimana zigot akan berkembang menjadi larva berflagela dan
mampu berenang yang akan menyebar dari
induknya.
Setelah menempel
pada substrat yang cocok, larva akan berkembang menjadi spons dewasa yang
menempel diam dan memiliki koanosit internal. Spons mampu melakukan regenerasi
ekstensif, yaitu pergantian bagian-bagian tubuh yang hilang. Mereka menggunakan
regenerasi bukan hanya untuk perbaikan tetapi juga untuk bereproduksi secara
aseksual dari fragmen yang terpotong dari spons induk (Champbell. 2003)
Reproduksi secara
aseksual terjadi dengan pembentukan tunas atau gemmule. Gemmule ini
ter/dibentuk jika keadaan lingkungan sedang tidak menguntungkan.
Reproduksi Coelenterata
Coelenterate
dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual (generatif) dilakukan
dengan peleburan sel sperma dan sel ovum yang terjadi pada fase medusa. Letak
testis didekat tentakel sedangkan ovarium dekat kaki. Sperma masak dikeluarkan
lalu berenang hingga menuju ovum. Ovum yang dibuahi akan membentuk zigot. Mula-mula zigot tumbuh di ovarium hingga
menjadi larva. Larva bersilia (planula) berenang meninggalkan induk dan
membentuk polip di dasar perairan.
Reproduksi
aseksual (vegetative) dilakukan dengan membentuk kuncup pada kaki pada fase
polip. Makin lama makin besar lalu membentuk tentakel. Kuncup tumbuh disekitar
kaki sampai besar sehingga induknya membuat kuncup baru. Semakin banyak lalu
menjadi koloni.
Reproduksi platyhelminthes
Organ reproduksi
jantan dan betina terdapat dalam satu individu (hermaprodhit). Reproduksi dapat
terjadi secara seksual dan aseksual. Pada reproduksi seksual akan menghasilkan gamet.
Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh. Fertilisasi dapat
dilakukan sendiri atau dengan pasangan lain. Reproduksi aseksual tidak
dilakukan oleh semua jenis platyhelminthes. Kelompok tertentu dapat melakukan
reproduksi aseksual dengan cara fragmentasi, kemudian regenerasi potongan tubuh
tersebut menjadi individu baru.
Beberapa jenis
platyhelminthes hidup secara parasit. Contohnya pada trematoda dan cestoidea.
Trematoda bereproduksi seksual di dalam tubuh inangnya. Tubuh trematoda betina
melekuk dan menghimpitkan tubuhnya ke tubuh jantan yang lebih besar. Telur yang
telah dibuahi keluar dari tubuh inangnya bersama feses dan berkembang di dalam
air menjadi larva bersillia. Kemudian larva menginfeksi makhluk hidup lain
seperti bekicot, atau bahkan manusia yang bekerja disawah, larva trematoda
dapat masuk melalui kulit manusia (Campbell. 2003)
Reproduksi Nemathelmintes
Umumnya
nematode bereproduksi secara seksual. Jenis
kelamin umumnya terpisah pada sebagian besar spesies, dan betina berukuran
lebih besar dibandingkankan dengan yang jantan. Fertilisasi terjadi secara
internal, dan seekor betina dapat meletakkan 100.000 atau lebih telur yang
terbuahi perhari. Zigot sebagian besar spesies adalah sel resisten yang mampu
bertahan hidup di lingkungan yang tidak bersahabat.
Spesies nematode
lain hidup parasit pada tubuh hewan. Manusia dapat menjadi inang bagi 50
spesies nematode. Salah satunya adalah Trichinella spiralis,
merupakan cacing penyebab trikhinosis (ditandai dengan mual hebat hingga
kematian). Manusia dapat tertular nematode karena memakan daging babi atau
daging lain yang telah terinfeksi dan kurang matang dalam memasak. Di dalam
usus manusia, cacing akan berkembang menjadi cacing dewasa secara seksual
(Campbell. 2003)
Reproduksi Mollusca
Keong atau
bekicot dan slug (sejenis siput tak bercangkang), tiram, remis, gurita, serta
cumi-cumi adalah hewan mollusca. Secara keseluruhan, anggota phylum mollusca
memiliki lebih dari 150.000 anggota yang telah diketahui.
Sebagian besar
mollusca memiliki jenis kelamin terpisah, dengan gonad (testis dan ovarium)
yang terletak di dalam massa viseral. Namun demikian, bangsa keong dan bekicot
adalah hermaprodhit (Campbell. 2003)
Fertilisasi
dilakukan secara internal maupun eksternal sehingga menghasilkan telur. Telur
tersebut akan berkembang menjadi larva dan akhirnya akan menjadi mollusca
dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar