My Musics

Sabtu, 22 Februari 2014

Reproduksi Invertebrata



Reproduksi Protozoa 

Sebagian besar protozoa melakukan reproduksi secara aseksual(vegetatif), dengan cara pembelahan biner. Pembelahan diawali dengan pembelahan inti yang diikuti dengan pembelahan sitoplasma, kemudian menghasilkan 2 sel baru. Pembelahan biner terjadi pada amoeba, paramecium, euglena.
Sebagian lagi, protozoa melakukan reproduksi secara seksual dengan penyatuan sel generative atau penyatuan inti sel vegetative. Reproduksi seksual dengan peleburan inti sel pada organism yang belum jelas alat kelaminnya disebut dengan konjugasi. Dengan demikian, akan terjadi perpaduan sifat yang dibawa oleh kedua individu tersebut akan menghasilkan suatu individu baru. 

Reproduksi Porifera



Spons adalah hewan yang sesil (menempel) yang tampak sangat diam bagi mata manusia. Sehingga orang yunani kuno meyakini mereka sebagai tumbuhan. Porifera dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Sebagian besar porifera adalah hermaprodhit, yang berarti bahwa masing-masing individu berfungsi sebagai jantan dan betina dalam reproduksi seksual dengan cara menghasilkan sel-sel sperma dan telur. Gamet muncul dari koanosit atau amoebosit. Telur tinggal dalam mesohil, tetapi sel sperma dibawa oleh porifera melalui arus air. Pembuahan silang terjadi akibat beberapa sperma yang tertarik masuk kedalam individu yang berdekatan. Pembuahan terjadi pada mesofil, dimana zigot akan berkembang menjadi larva berflagela dan mampu berenang  yang akan menyebar dari induknya.

Setelah menempel pada substrat yang cocok, larva akan berkembang menjadi spons dewasa yang menempel diam dan memiliki koanosit internal. Spons mampu melakukan regenerasi ekstensif, yaitu pergantian bagian-bagian tubuh yang hilang. Mereka menggunakan regenerasi bukan hanya untuk perbaikan tetapi juga untuk bereproduksi secara aseksual dari fragmen yang terpotong dari spons induk (Champbell. 2003)
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas atau gemmule. Gemmule ini ter/dibentuk jika keadaan lingkungan sedang tidak menguntungkan. 


Reproduksi Coelenterata


Coelenterate dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual (generatif) dilakukan dengan peleburan sel sperma dan sel ovum yang terjadi pada fase medusa. Letak testis didekat tentakel sedangkan ovarium dekat kaki. Sperma masak dikeluarkan lalu berenang hingga menuju ovum. Ovum yang dibuahi akan membentuk zigot.  Mula-mula zigot tumbuh di ovarium hingga menjadi larva. Larva bersilia (planula) berenang meninggalkan induk dan membentuk polip di dasar perairan.
Reproduksi aseksual (vegetative) dilakukan dengan membentuk kuncup pada kaki pada fase polip. Makin lama makin besar lalu membentuk tentakel. Kuncup tumbuh disekitar kaki sampai besar sehingga induknya membuat kuncup baru. Semakin banyak lalu menjadi koloni. 

Reproduksi platyhelminthes


Organ reproduksi jantan dan betina terdapat dalam satu individu (hermaprodhit). Reproduksi dapat terjadi secara seksual dan aseksual. Pada reproduksi seksual akan menghasilkan gamet. Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh. Fertilisasi dapat dilakukan sendiri atau dengan pasangan lain. Reproduksi aseksual tidak dilakukan oleh semua jenis platyhelminthes. Kelompok tertentu dapat melakukan reproduksi aseksual dengan cara fragmentasi, kemudian regenerasi potongan tubuh tersebut menjadi individu baru.
Beberapa jenis platyhelminthes hidup secara parasit. Contohnya pada trematoda dan cestoidea. Trematoda bereproduksi seksual di dalam tubuh inangnya. Tubuh trematoda betina melekuk dan menghimpitkan tubuhnya ke tubuh jantan yang lebih besar. Telur yang telah dibuahi keluar dari tubuh inangnya bersama feses dan berkembang di dalam air menjadi larva bersillia. Kemudian larva menginfeksi makhluk hidup lain seperti bekicot, atau bahkan manusia yang bekerja disawah, larva trematoda dapat masuk melalui kulit manusia (Campbell. 2003)

Reproduksi Nemathelmintes

Umumnya nematode  bereproduksi secara seksual. Jenis kelamin umumnya terpisah pada sebagian besar spesies, dan betina berukuran lebih besar dibandingkankan dengan yang jantan. Fertilisasi terjadi secara internal, dan seekor betina dapat meletakkan 100.000 atau lebih telur yang terbuahi perhari. Zigot sebagian besar spesies adalah sel resisten yang mampu bertahan hidup di lingkungan yang tidak bersahabat.
Spesies nematode lain hidup parasit pada tubuh hewan. Manusia dapat menjadi inang bagi 50 spesies nematode. Salah satunya adalah Trichinella spiralis, merupakan cacing penyebab trikhinosis (ditandai dengan mual hebat hingga kematian). Manusia dapat tertular nematode karena memakan daging babi atau daging lain yang telah terinfeksi dan kurang matang dalam memasak. Di dalam usus manusia, cacing akan berkembang menjadi cacing dewasa secara seksual (Campbell. 2003)

Reproduksi Mollusca

Keong atau bekicot dan slug (sejenis siput tak bercangkang), tiram, remis, gurita, serta cumi-cumi adalah hewan mollusca. Secara keseluruhan, anggota phylum mollusca memiliki lebih dari 150.000 anggota yang telah diketahui.
Sebagian besar mollusca memiliki jenis kelamin terpisah, dengan gonad (testis dan ovarium) yang terletak di dalam massa viseral. Namun demikian, bangsa keong dan bekicot adalah hermaprodhit (Campbell. 2003)
Fertilisasi dilakukan secara internal maupun eksternal sehingga menghasilkan telur. Telur tersebut akan berkembang menjadi larva dan akhirnya akan menjadi mollusca dewasa.     



Tidak ada komentar:

Posting Komentar